Tiga pilihan dalam foto diatas
pasti menjadi pilihan yang sulit bagi cewek-cewek fresh graduate
khususnya. Pertanyaan “habis lulus mau kemana”??? Seakan menjadi pertanyaan
yang benar-benar merusak uforia graduation deh. Eitt….g usah khawatir, kita
bisa kok ngejalanin ketiganya dalam satu waktu. Takut keteteran dan tidak
proporsional?. Yuks….bareng-bareng kita sharing gimana tips ngejalanin 3
profesi diatas sekaligus persiapan apa aja yang musti di perhatiin.
Dari ketiga profesi diatas, pasti
semua mempunyai prioritas masing-masing. Yang tentu berbeda antara yang satu
dengan yang lain. Jadi untuk prioritas tidak harus ngikutin urutan dibawah ini
ya…karena ini based on experience, jadi ya aku tulis prioritasku saat memilih
ketiga profesi diatas.
The first is this one…Post
Graduate
Di semester 8, seingetku diawal
Januari 2014 aku udah g ada jadwal kuliah, jadi 1 semester penuh aku fokus
mengerjakan skripsi. Nah disela-sela waktu aku sering cari-cari informasi
beasiswa S2 baik dalam negeri maupun luar negeri. Meskipun belum memiliki
ijasah, setidaknya persyaratan lain sudah mulai dicicil dari awal. Karena
setiap donor mempunyai persyaratan khusus untuk syarat pemenuhan administrasi.
Saat itu ada 3 beasiswa yang aku ajukan,antara lain:
1. LPDP: menyiapkan 3 essay, toefl,
scan ijasah SD-SMA, sertifikat prestasi dan organisasi, surat rekomendasi
(seleksi 4 kali dalam satu tahun)
2. Baznas: menyiapkan makalah,
essay, toefl, dan surat rekomendasi (seleksi bulan Agustus setiap tahun)
3. beasiswa Dikti: toefl,
scan ijasah SD-SMA, sertifikat prestasi dan organisasi, surat rekomendasi
(seleksi bulan desember tiap akhir tahun)
Persiapan administrasi tersebut
harus disiapkan jauh-jauh hari, jadi pas ijasah kita dah keluar dari kampus
langsung deh semua persyaratan dikirim. Kenapa? Karena jika disiapkan jauh-jauh
hari maka kita masih punya waktu panjang untuk mereview lagi artikel dan essay
yang telah kita buat. Mengingat bahwa kekuatan dan substansi dari essay,
artikel maupun makalah yang kita buat ternyata 60% menjadi penentu kelulusan
loh. Nah yang 40% nya ditentukan dari IPK, pengalaman organisasi, dan prestasi.
Nah dari ketiga beasiswa yang aku
ajukan, ternyata rezekiku ada di beasiswa baznas. Jadi setelah bulan Idul Fitri
aku mengikuti beberapa seleksi dari pihak baznas. Sedangkan 2 beasiswa lainnya
nggak ada kabarnya hingga detik ini (hehe). Dan alhamdulilah…pada bulan Oktober
namaku ada dideretan penerima beasiswa KSU 2015. Karena system beasiswa di
baznas mereka menjadi donor luar, maka kita bebas mennetukan kampus yang kita
tuju dengan syarat klita diterima dikampus tersebut. Akhirnya pilihanpun jatuh
di pascasarjana UI di kajian Timur Tengan dan Islam. Alhamdulilah….
Pokoknya….kalo memang meletakkan post
graduate sebagai prioritas jangan ragu-ragu untuk mengirim aplikasi
beasiswa sebanyak mungkin. Ibarat melempar 10 batu untuk dimasukkan dalam
sebuah wadah tentu memiliki peluang lebih besar dibanding melempar 1 batu. Tapi
harus tetap memikirkan efisiensi biaya. Pilih beasiswa yang membuka pendaftaran
online, jadi kita tidak perlu mengeluarkan biaya pos. Cukup berbekal internet
dan laptop yang biasa kita gunakan sehari-hari.
Dan yang lebih pentung lagi,
meskipun post graduate menjadi prioritas, jangan sampai menambah beban
orang tua. Cukupkan kewajiban orang tua kita dengan mengantarkan ke jenjang S1,
jangan sampai kita masih menambah beban biaya di pendidikan selanjutnya. Karena
biaya untuk S2 itu jauhhh lebih banyak dibanding S1. Kalau memang belum
mendapatkan rezeki beasiswa, maka alangkah lebih baik meletakkan post
graduate di prioritas kedua, dan
meletakkan kerja di priorotas pertama. Jadi kita tetap bisa meneruskan studi
tanpa harus membebani orang tua.
The second one is….working
Meskipun saat itu aku sudah
mendapat beasiswa pendidikan, namun aku memutuskan untuk melamar pekerjaan di
berbagai perusahaan. Kenapa nggak berwirausaha saja? Yups…wirausaha memang jauh
lebih enak dibanding menjadi karyawan dengan gaji yang tidak seberapa. Tapi aku
menyadari kapasitasku yang tidak memiliki jiwa entrepreneur dan juga tidak mau
terlalu terbebani. jadi untuk sementara aku memilih pekerjaan yang santai, yang
bisa berbagi waktu dengan kuliah, dan yang tidak mempunyai pe-er. Dalam artian,
saat itu aku benar-benar selektif untuk memilih pekerjaan yang selesai ditempat
kerja tanpa harus dibawa pulang kerumah. Oleh karena itu, setiap interview aku
selalu menanyakan kepada HRD apakah aku diperkenankan melanjutkan studi atau
tidak. Jika perusahaan menyatakan tidak maka aku tidak melanjutkan proses
seleksi. Dan jika ada lampu hijau maka aku meneruskan proses seleksi.
Bekerja menjadi priorotas kedua
karena biaya living cosh dari pihak donor memang hanya cukup untuk
membayar sewa kos di Jakarta. Sedangkan aku membutuhkan makan, dan pemenuhan
kebutuhan lain di Jakarta. Oleh karena itu aku memutuskan untuk bekerja. Kebetulan
waktu itu (sekitar bulan Agustus 2014) hampir bersamaan dengan proses seleksi
beasiswa, aku mendapatkan panggilan interview di sebuah anak perusahaan BUMN di
telin (Telcom Indonesia International) sebagai customer service. Telkom bekerjasama dengan Zain yang merupakan
salah satu provider terbesar di Kingdom Saudi Arabia mengeluarkan provider
Simpati Saudi. Sehingga infomedia (anak perusahaan Telkom) membuka lowongan
untuk customer services Bahasa arab dan Inggris. Jam kerja yang fleksible 8 jam
perhari, pekerjaan yang tidak membebani, gaji yang layak, menjadi pertimbangan
utamaku untuk menerima pekerjaan ini.
Akses internet di kantorku full 24
jam. Jadi ketika tidak ada panggilan atau call dari customer aku selalu memanfaatkan
waktu luang untuk mengerjakan tugas kuliah yang diluar prediksi. Dulunya aku
mengira kuliah S2 santai, ternyata tugasnya 3x lipat lebih berat dari tugas S1.
Oleh karena itu, ketika weekend biasanya aku ke perpustakaan, meminjam
buku untuk keperluan tugas seminggu mendatang. Ketika kekantor, aku membawa
buku tersebut, aku ketik menggunakan computer kantor, dan jika membutuhkan
internet tinggal mengakses menggunakan computer yang sama. Aku berkomitmen
untuk tidak membawa tugas kuliah dan kantor ke rumah. Karena sisa waktu yang
dirumah benar-benaraku manfaatkan untuk menyelesaikan urusan domestic (nyuci
baju, piring, motor, nyapu, masak) dan untuk istirahat.
Biasanya aku masuk kerja di shift
pagi atau malam. Jika masuk shift pagi, aku masuk kantor pukul 06.00 WIB dan
pulang pukul 14.00 WIB. Setekah itu istirahat sebentar dikantor untuk kemudian
melanjutkan perjalanan kekampus karena perkuliahan dimulai pukul 16.00 WIB. Dan
jika masuk malam, maka aku akan langsung menuju kampus pukul 16.00 WIB dan
selesai pukul 21.30 WIB kemudian langsung menuju kantor untuk masuk shift
malam. Sebenarnya, karyawati tidak diperbolehkan masuk shift malam, namun
karena aku harus kuliah di sore hari, maka mau tidak mau sebagai konsekwensinya
aku harus menerima shift malam.
Kuliah dan pekerjaanpun bisa
berjalan dengan proporsional bukan…..
Next……marriage
Eaaaaaa…….kalo yang ini gimana
ya??? Kalo kata anak pesantren sih baina-baina. Bikin galau tingkat dewa
(hehehhhe). Tapi mang ditahun 2014 aku sama mas mantan dan sepakat mau
mengakhiri masa pacaran di tahun 2015. Dan menurutku, menikah bukan halangan
sih untuk teteap menjalankan profesi sebagai pekerja maupun mahasiswi. Bahkan
mas mantan yang saat ini menjadi suami menjadi salah satu motivasi terbesarku
untuk tetap menjalankan kedua profesi diatas sebaik mungkin.
Memang sih g mudah mencari suami
yang seperti itu. Yang mengizinkan istrinya melanjutkan studi, bahkan
mengizinkan istrinya bekerja. Jangan salah ya, sebenarnya dari awal tahun 2015,
ketika rencana pernikahan udah mulai disinggung kedua keluarga, mas mantan
selalu menyuruhku untuk berhenti bekerja dan fokus di kuliah. Untuk biaya lain
akan ditanggung sama suami. Tapi baru cuti seminggu aja rasanya udah penat
bahkan sangat-sangat penat kalo cuman kuliah aja. Oleh karena itu tawaran suami
untuk berhenti bekerja ya g aku ambil, karena memang aku yang g mau.
Anugrah terindah ketika kita
mempunyai pasangan hidup yang selalu mengerti dan mendukung kemauan kita. Memberikan
kita kebebasan untuk menentukan pilihan kita sendiri. Selebihnya ia akan
mendukung apa yang kita inginkan. Begitupun sebaliknya. Dia yang juga sama-sama
bekerja bahkan rela meluangkan waktunya untuk mengantar jemput baik kekantor
maupun kuliah jika aku memintanya. Capek? Sudah pasti, namun ia tidak pernah
menunjukkan keletihan. Bersedia untuk berbagi peran, menjauhkan budaya
patriarchy, merelakan sebagian waktu istrinya untuk beraktifitas diluar rumah
aku yakin menjadi keputusan yang sangat berat untuknya. Tapi ia sama sekali
tidak pernah mengeluh. Dan ditengah keletihannya, ia selalu memintaku untuk
menceritakan moment apa saja yang aku lewati hari itu ketika kita tidak
bersama. Ia…dia selalu memintaku bercerita menjelang tidur, dan ia akan dengan
setia mendengarkan. Oleh karena itu, g heran kalo suamiku hampir mengenal nama
temen-teman sekantorku dan juga teman-teman kampus, bahkan hingga dosenku
sekalipun dia tahu satu persatu.
Dan ibarat minum obat, hampir 3x
dalam sehari dia selalu bilang “ adek kalo capek berhenti aja ya kerjanya”
biasanya dia selalu mengucapkan ketika berangkat kerja, pulang kerja, dan
menjelang tidur.
Untuk masalah mempunyai momongan,
kami berdua memang tidak pernah berniat untuk menunda ataupun mempercepat. Kami
hanya menunggu kapan Allah akan menitipkan buah hati pada kami. Biasanya
pertanyaan ini memang yang banyak kita dapat dari teman-teman.
Intinya, profesi sebagai istri sama
sekali tidak menghalangi kita untuk juga menjadi pekerja ataupun karyawan.
Dengan catatan jika kita memiliki suami yang memang demokratis. Akan lain
ceritanya jika kita memiliki suami yang memang menginginkan istrinya tinggal
ditumah 24 jam. Ya….bagaimanapun istri memang harus menurut apa yang
dikehendaki suami. But….saran aku untuk cewek-cewek yang memang terbiasa moving
dan beraktifitas diluar dirumah, carilah pasangan yang mendukung aktifitasmu
dan yang tidak mengekang kegiatanmu, asalkan kita harus memahami porsi dan
kewajiban kita tetaplah menjadi istri untuk suami kita.
Yah…..orang yang mencibir pasti
banyak sih. Terutama dari lelaki yang menginginkan istrinya 24 jam dirumah
tentu akan mengatakan kita wanita tidak diuntunglah, tidak memahami suamilah,
tidak taat suamilah, dsb. Kalo aku sih ditanggapi santai aja, asal kita dan
suami enjoy, dan saling mendukung satu sama lain bagiku g masalah. Yang penting
memang kita sebagai wanita harus memahami bahwa profesi utamanya memang untuk
mendampingi suami.
Well guys….gimana? kira-kira
profesi manakah yang kamu prioritaskan?
Atau mau menjalani ketiganya
sekaligus?
Atau hanya fokus pada satu profesi?
Itu semua kembali kepada pribadi
kita masing-masing. Yang terpenting adalah selalu plan your work, and work
your plan. Apapun yang ingin kalian ambil setelah lulus S1 harus
benar-benar disiapkan dengan matang.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬
ReplyDeleteKirain punya 3 pekerjaan dalam satu waktu, hehe.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬
Nice posting ay..
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete