Judulnya memang aneh, dan aku yakin tidak semua orang bias memahami
maksud dari tulisan itu. Oskab adalah
sebutan untuk makanan khas Indonesia yaitu bakso. Hanya saja dipesantren
ditempatku dulu menimba ilmu sering disebut dengan oskab. Sedangkan syirkah itu
sendiri diambil dari bahasa arab yang artinya kantin.
Oskab memang bukan makanan langka untukku saat ini. Bagaimana
tidak, setiap melangkah 5 M pasti ada gerobak oskab atau bias juga warung oskab
disepanjang jalan raya. Apalagi di kota besar sebesar Jakarta.
Namun ditahun 2002an sampai 2009an oskab adalah barang
langka, loh kok bisa?
Jadi ceritanya begini….pesantren identik dengan yang namanya
kurungan. Semua santri tidak boleh keluar dari pesantren kecuali di hari Jumat
itupun menggunakan quota. Jika quotanya cukup perizinan tidak lagi dibuka. Dan ketika
keluarpun semua santri dilarang membeli makanan dalam bentuk apapun. Jika ketahuan
bagian keamanan akan disita bahkan akan mendapat hukuman (kalau ketahuan). Tapi
jarang sekali nggak ketahuan, aku sempat berfikir mungkin bagian keamanan di
pesantren itu punya cctv kali ya, habisnya setiap berbuat *criminal* 90% bakal
ketahuan.
Jadi kalau santri butuh untuk membeli kebutuhan sehari-hari
ya harus ke syirkah. Karena disana menyediakan semuanya (meskipun harga lebih
mahal dari harga pasaran). Termasuk juga menyediakan oskab yang mereka dapatkan
dari bakso cemara di dekat pesantren. Namun sayangnya, stok yang dibeli mbak
syirkah biasanya nggak banyak. Belum lagi jumlah tersebut masih dikurangi
dengan KKN yang dilakukan mbak syirkah.
Loh kok ada KKN? Iya…biasanya mbak-mbak yang kelas atas
memang suka begitu, apalagi penjaga syirkahnya juga mbak-mbak kelas atas,
biasanya sih mbak-mbak kelas 5. Mereka pasti mendahulukan kelas 6 atau teman sekelasnya terlebih dahulu.
Syukur-syukur ada sisa baru deh dijual ke anak-anak krucil. Cara mereka membeli
juga enak tidak harus mengantri seperti orang yang antri sembako atau antri
menukarkan kupon daging idul adha, cukup berteriak “oskab wahid” sambil jalan
disamping syirkahpun mereka akan mendapat bagian 1 bungkus oskab. Itulah kenapa
aku dulu sebel banget kalo ngeliat mbak-mbak udah KKN gitu. Rasanya tuh kayak
ada diskriminasi dan tidak ada penyemarataan dalam system pembagian jatah (tuh berat
banget kan, dah kayak ngomongin alokasi subsisi BBM aja). Yang belum aku
temukan jawabannya, pas aku kelas 5 sama kelas 6 dulu kira-kira adek kelasku
sebel nggak ya sama aku? Karena pas aku kelas 5 sama kelas 6 aku juga melakukan
KKN hahhahahha. Lha iyalah dulu didholimi sekarang mendholimi. (balas dendam
dunk?).
Yups…kira-kira begitulah perjuangan untuk mendapatkan oskab
dipesantren. Kondisinya mirip banget sama berita di TV. Jadi yang nggak pernah
ngerasain hidup dipesantren dan susahnya mendapatkan sebungkus oskab,
analogikan aja dengan kondisi warga ibu kota pas lagi oyok-oyokkan dirumah
bapak wakil President pas open house lebaran kemaren. Kurang lebih begitulah
berharganya oskab 10 tahun yang lalu.
No comments:
Post a Comment