Saturday 22 November 2014

Oskab Syirkah



Judulnya memang aneh, dan aku yakin tidak semua orang bias memahami  maksud dari tulisan itu. Oskab adalah sebutan untuk makanan khas Indonesia yaitu bakso. Hanya saja dipesantren ditempatku dulu menimba ilmu sering disebut dengan oskab. Sedangkan syirkah itu sendiri diambil dari bahasa arab yang artinya kantin.

Oskab memang bukan makanan langka untukku saat ini. Bagaimana tidak, setiap melangkah 5 M pasti ada gerobak oskab atau bias juga warung oskab disepanjang jalan raya. Apalagi di kota besar sebesar Jakarta. 

Namun ditahun 2002an sampai 2009an oskab adalah barang langka, loh kok bisa?
Jadi ceritanya begini….pesantren identik dengan yang namanya kurungan. Semua santri tidak boleh keluar dari pesantren kecuali di hari Jumat itupun menggunakan quota. Jika quotanya cukup perizinan tidak lagi dibuka. Dan ketika keluarpun semua santri dilarang membeli makanan dalam bentuk apapun. Jika ketahuan bagian keamanan akan disita bahkan akan mendapat hukuman (kalau ketahuan). Tapi jarang sekali nggak ketahuan, aku sempat berfikir mungkin bagian keamanan di pesantren itu punya cctv kali ya, habisnya setiap berbuat *criminal* 90% bakal ketahuan.


Jadi kalau santri butuh untuk membeli kebutuhan sehari-hari ya harus ke syirkah. Karena disana menyediakan semuanya (meskipun harga lebih mahal dari harga pasaran). Termasuk juga menyediakan oskab yang mereka dapatkan dari bakso cemara di dekat pesantren. Namun sayangnya, stok yang dibeli mbak syirkah biasanya nggak banyak. Belum lagi jumlah tersebut masih dikurangi dengan KKN yang dilakukan mbak syirkah. 

Loh kok ada KKN? Iya…biasanya mbak-mbak yang kelas atas memang suka begitu, apalagi penjaga syirkahnya juga mbak-mbak kelas atas, biasanya sih mbak-mbak kelas 5. Mereka pasti mendahulukan  kelas 6 atau teman sekelasnya terlebih dahulu. Syukur-syukur ada sisa baru deh dijual ke anak-anak krucil. Cara mereka membeli juga enak tidak harus mengantri seperti orang yang antri sembako atau antri menukarkan kupon daging idul adha, cukup berteriak “oskab wahid” sambil  jalan disamping syirkahpun mereka akan mendapat bagian 1 bungkus oskab. Itulah kenapa aku dulu sebel banget kalo ngeliat mbak-mbak udah KKN gitu. Rasanya tuh kayak ada diskriminasi dan tidak ada penyemarataan dalam system pembagian jatah (tuh berat banget kan, dah kayak ngomongin alokasi subsisi BBM aja). Yang belum aku temukan jawabannya, pas aku kelas 5 sama kelas 6 dulu kira-kira adek kelasku sebel nggak ya sama aku? Karena pas aku kelas 5 sama kelas 6 aku juga melakukan KKN hahhahahha. Lha iyalah dulu didholimi sekarang mendholimi. (balas dendam dunk?).
Yups…kira-kira begitulah perjuangan untuk mendapatkan oskab dipesantren. Kondisinya mirip banget sama berita di TV. Jadi yang nggak pernah ngerasain hidup dipesantren dan susahnya mendapatkan sebungkus oskab, analogikan aja dengan kondisi warga ibu kota pas lagi oyok-oyokkan dirumah bapak wakil President pas open house lebaran kemaren. Kurang lebih begitulah berharganya oskab 10 tahun yang lalu.

No comments:

Post a Comment