Saturday 22 November 2014

Suporter Bola VS Pendukung Presiden



Tulisan ini terinspirasi dari banyaknya ‘like’ di fanpage facebook di berita-berita online abal-abal tentang pendukung Jokowi yang katanya menarik dukungan. Ada yang komen ‘alhamdulilah si A telah terbuka hatinya’ ada yang nulis ‘tu kan…si B aja nyesel milih Jokowi, untung dulu aku nggak milih Jokowi’. Dan umpatan-umpatan lain yang intinya mereka senang para pendukung Jokowi pada mengkritik kebijakan pemerintahan sekarang. Umumnya sih status ini ditulis oleh pendukung kubu yang lain dalam pilpres, yang ingin menunjukkan seolah-olah pilihan pendukung Jokowi adalah salah besarr.

Friend, but Called Family (part 1)



Diawali pada pertengahan tahun 2011 kalau nggak salah diawal semester 3. Waktu itu ada program rekruitmen ICP (International Class Program) untuk semua mahasiswa  angkatan 2010. Yang pada akhirnya ada 16 mahasisa/I yang dinyatakan lolos dan bisa bergabung. Naasnya dari 16 anak, hanya 3 orang yang berasal dari kelas lamaku. Sedangkan 13 yang lain berasal dari kelas yang berbeda dan sangat asing. Kebetulan aku termasuk type orang yang tidak mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, dan cepat ber-suudzon dengan orang yang baru dikenal. Nggak heran, hamper 3 bulan aku kuliah dikelas yang benar-benar asing dan nggak asik sama sekali. Jangankan mau interaksi, mau “nyawang” temen sendiri aja males.

Oskab Syirkah



Judulnya memang aneh, dan aku yakin tidak semua orang bias memahami  maksud dari tulisan itu. Oskab adalah sebutan untuk makanan khas Indonesia yaitu bakso. Hanya saja dipesantren ditempatku dulu menimba ilmu sering disebut dengan oskab. Sedangkan syirkah itu sendiri diambil dari bahasa arab yang artinya kantin.

Oskab memang bukan makanan langka untukku saat ini. Bagaimana tidak, setiap melangkah 5 M pasti ada gerobak oskab atau bias juga warung oskab disepanjang jalan raya. Apalagi di kota besar sebesar Jakarta. 

Namun ditahun 2002an sampai 2009an oskab adalah barang langka, loh kok bisa?
Jadi ceritanya begini….pesantren identik dengan yang namanya kurungan. Semua santri tidak boleh keluar dari pesantren kecuali di hari Jumat itupun menggunakan quota. Jika quotanya cukup perizinan tidak lagi dibuka. Dan ketika keluarpun semua santri dilarang membeli makanan dalam bentuk apapun. Jika ketahuan bagian keamanan akan disita bahkan akan mendapat hukuman (kalau ketahuan). Tapi jarang sekali nggak ketahuan, aku sempat berfikir mungkin bagian keamanan di pesantren itu punya cctv kali ya, habisnya setiap berbuat *criminal* 90% bakal ketahuan.