Bulan ini, September 2015 adalah bulan ke-4 pernikahanku dengan suami. Dulu diawal menikah kita sepakat untuk menunda kehamilan hingga aku lulus S2 atau sekitar satu tahun pasca ijab qabul. Toh juga kita sama-sama baru lulus, masih pengen menikmati kebersamaan hidup berdua sebagai suami istri.cieeeee..... Kami sepakat melakukan penundaan alami, tanpa perantara KB atau alat kontrasepsi lainnya. Takut nanti malah susah kalo pengen punya anak.
Tapi apalah daya, rencana tinggallah rencana, lama-lama kita agak "risih" juga dengan pertanyaan penuh basa basi "udah isi belum?" dari berbagai pihak. 2 Bulan pasca menikah bertepatan dengan Hari Idul Fitri, kebayang kan apa temanya yang dibahas pas kita lagi kumpul ama keluarga. Bahkan 1 bulan pasca menikah, ketika itu aku lagi kedatangan tamu bulanan, nah pas lagi pengajian di komplek sekitar rumah otomatis aku nggak bisa pegang mushaf. Pas itu semua pada comen "yah lagi dapet yaa, lum isi donggg". Hah!!...hellow gue menikah baru sebulan kalee.
Akhirnya setelah lebaran kita sepakat untuk mengakhiri menunda kehamilan hehe. Faktor utamanya bukan karena pertanyaan itu sih, tapi ternyata lama-lama mupeng juga ya pengen cepet-cepet punya dedek. Apalagi banyak pasangan muda yang menikah setelah kita justru "isi" lebih dulu. Dan kebahagiaan nya terasa banget, pas tau kalau teman seumuran kita juga tengah hamil. Mendengar cerita tentang awal-awal kehamilan mereka benar-benar telah merubah rencana kita hehe. Apalagi dasarnya suami emang suka anak kecil, jadi pengen cepet punya sendiri kali hehe.
Sebulan pasca rencana penundaan diakhiri ternyata aku masih haid. Kecewa banget sih, jadi kepikiran tentang keadilan Tuhan. Banyak pasangan muda mudi diluar sana yang dengan mudah bisa hamil diluar hubungan yang sah, namun banyak juga pasangan suami istri yang menikah justru sulit untuk mendapatkan keturunan. Tapi kita yakin Allah mempunyai skenario seadil mungkin untuk semua manusia (sok bijak, hehe). Setelah haid selesai kembali aku menghitung-hitung kalender kesuburan, karena menurut info dari ahli kandungan meskipun suami istri HB berkali-kali dalam sebulan, tapi kalo bukan pas tanggal subur ya nggak bakal jadi.
Mendekati tanggal 15 setiap bulannya adalah hari-hariku menanti tamu bulanan, biasanya ditanggal 15 sudah mulai keputihan, emosi mulai tidak stabil, dan badan terutama pinggang mulai sakit. Begitu juga yang aku rasakan di bulan ini (September 2015). Jadilah kemana-mana aku bawa pembalut, khawatir datang bulan ketika aku sedang dikantor atau dikampus. Namun, ada sedikit berbeda, keputihanku berwarna putih susu. Dan hampir setiap pagi aku merasakan badan lemas layaknya orang yang kurang makan, pusing, mual, badan anget, dan sering kecapean. Setiap malam aku nggak bisa tidur kalo nggak dipijitin dulu ama suami. Pas aku cerita ke suami, justru suami mengira aku akan demam dan dibelikan obat penurun panas. Pas lagi cerita dikantor, temanku bilang "Kamu udah TP lum fi? jangan-jangan hamil?". Barulah aku sadar saat itu 22 September tamu bulananku belum kunjung datang. Padahal siklus bulananku terbilang normal.
Saat itu juga, pada sore harinya aku menghubungi kk iparku yang bekerja di RS, minta untuk dibawakan alat TP. Disaat yang sama, suamiku justru menganjurkan untuk segera beli TP di shopping gojek, karena dia nggak sabar pengen tahu hasilnya. Hadeh....ya kali beli TP nya lewat abang gojek, ada-ada aja dia hehe.
Sesampai dirumah, kebetulan suami sedang libur kerja. Dia tambah antusias lagi nyuruh cepat-cepat TP. Padahal kk ipar belum pulang dari RS. Sekitar pukul 16.00 WIB, saat kk ipar pulang langsung aku minta TP nya. Dan sekaligus menanyakan cara penggunaanya, karena sebelumnya belum pernah mencoba TP hehe. dan hasilnya.......
No comments:
Post a Comment